Pusat Lektur Gajah (PLG) Way Kambas memiliki total 33 gajah jinak yang sangat diperhatikan kebiasaan dan kesehatannya. Gajah-gajah tersebut terbagi atas gajah dewasa, remaja dan bayi gajah. Semuanya betul-betul dijaga oleh para mahout alias pawang gajah. Tak terkecuali gajah 'buntung' yang menarik perhatian saya.
![]() |
Menarik perhatian saya karena ada yang aneh |
Gajah buntung itu diberi nama erin. Usianya kini sekitar 12 tahunan, dan termasuk kategori gajah remaja. Erin pertama kali ditemukan oleh Elephant Rescue Unit (ERU) di dalam kawasan TNWK namun saat ditemukan erin dalam kondisi sendirian ditinggal induknya. Badannya memprihatinkan, kurus dan terlihat malnutrisi. Hal yang lebih membuat iba adalah setengah belalainya yang sudah hampir membusuk dan berpotensi menyebar.
Tim ERU mengevakuasi gajah erin yang saat itu masih berstatus anakan gajah liar ke rumah sakit gajah di Pusat Lektur Gajah PLG Way Kambas. Erin dibawa dengan hati-hati dan diberikan perawatan intensif untuk mengembalikan kekuatan tubuhnya. Belalainya yang sudah membusuk setengah, akhirnya dilakukan pengobatan oleh tim dokter rumah sakit gajah, dan pilihan amputasi pun diambil untuk mencegah semakin meluasnya dampak infeksi.
Pasca pengobatan dan pemulihan, gajah erin 'diadopsi' untuk dilatih menjadi gajah jinak di PLG, sehingga ia akan digabung dengan gajah-gajah jinak yang lain. Namun kondisi erin belum sepenuhnya stabil. Trauma dari ingatan masa lalunya yang buruk, serta kondisi fisiknya yang sudah tak lagi 'normal' membuat gajah erin harus berusaha keras beradaptasi. Belalainya yang kini hanya tinggal setengah membuatnya sedikit kesulitan mengambil rumput. Gajah erin harus lebih menunduk untuk meraih sesuatu di tanah. Sungguh pemandangan memilukan.
![]() |
Kasihan gajah erin jadi seperti sapi gendut harus merumput sampai menunduk banget |
Pasca kejadian itu, banyak warganet yang prihatin atas kisah gajah erin, berbagai tulisan dan konten video mulai banyak bermunculan di jejaring sosial menceritakan kisah erin. Komentar pun bermunculan khususnya menyatakan kesedihan akan kisah erin. Tak sedikit pula yang menghujat manusia-manusia tak bertanggungjawab yang telah menyebabkan terjeratnya gajah erin.
Pemerintah sudah seharusnya mengambil langkah tegas untuk mengatur batas-batas antara kawasan perburuan dan habitat hewan dilindungi termasuk gajah. Meskipun mungkin jerat pemburu tersebut sebenarnya adalah untuk hewan lain seperti babi hutan, rusa ataupun hama lainnya, namun rupanya tempat perburuan harus tetap diatur pembatasannya. Jangan sampai hewan dilindungi malah yang terkena perangkap.
Kisah erin menjadi simbol urgensi konservasi yang harus ditingkatkan lebih baik lagi. Gajah erin juga menjadi pengingat agar kita selalu mencintai satwa-satwa dan memerangi perburuan liar yang hanya akan merusak keseimbangan ekosistem alam.
Ditulis oleh Muby, from Way Kambas with love.
Comments
Post a Comment