Taman Nasional Way Kambas (TNWK) merupakan pusat konservasi Gajah Sumatera yang ada di Provinsi Lampung sebelah timur. Di TNWK terdapat sebuah fasilitas bernama Pusat Lektur Gajah (PLG) yang terletak di Way Kambas. PLG dulu sangat berjaya dan ramai dikunjungi orang, namun sekarang.. seperti kurang mempesona.
Kenapa ?
PLG Way Kambas dulu pengunjungnya banyak, bisa ratusan setiap hari. Apalagi hari libur sekolah atau hari raya. Bisa seribuan orang setiap harinya. Itu terjadi di tahun 90an hingga penghujung 2020. Jika saya posisikan sudut pandang pengunjung di rentang tahun itu, saya rasa tempat wisata PLG ini memang layak jadi primadona. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan seperti menunggangi gajah, menonton atraksi gajah bermain bola, melukis, dll.
Jika saya memposisikan di rentang tahun itupun, belum banyak tempat wisata instagramable yang seperti saat ini menjamur. Entah di tengah kota ataupun wisata alam lainnya. Dulu belum banyak bukit yang dipasangi lampu gantung berjejer syahdu, belum ada tenda pinggir pantai yang aesthetic dengan live music-nya. Sehingga pada masa jayanya PLG Way Kambas layak berada di jajaran pilihan liburan teratas.
PLG Way Kambas dulu, seolah tidak ada bosan kita datangi berkali-kali. Karena ada daya tarik yang membuat kita datang lagi, dan lagi. Istilah dalam dunia travelling adalah repeat visit. Kita datang lagi ke suatu tempat yang sama, melakukan hal yang sama ataupun berbeda. Kenapa orang bisa repeat visit ? banyak faktornya baik dari harga, akses, adanya event dan lain sebagainya.
Sehingga tidak heran, PLG Way Kambas dulu didominasi oleh orang yang pertama kali kesana dan orang yang sudah pernah kesana dan melakukan repeat visit.

PLG Way Kambas Sekarang.
Di masa pandemi 2019-2022 Way Kambas tutup total dari kegiatan kunjungan wisata. Hingga pada akhirnya Desember 2023 PLG Way Kambas kembali dibuka untuk umum. Secara logika, menginformasikan pembukaan kembali akan lebih menantang karena sudah terlalu lama ditutup. Harus ada banyak media yang mempromosikan kembali.
Berikutnya, PLG Way Kambas memiliki kebijakan baru yaitu mengganti konsep wisata biasa menjadi wisata edukasi gajah. Dikemas dan dibahasakan seperti ini agar tetap memberikan kesan wisatanya. Pada nyatanya, perbedaannya cukup besar jika dilihat dari sudut pandang masyarakat umum. Konsep baru PLG Way Kambas tidak ada lagi aktivitas menunggangi gajah, atraksi gajah, dan hal-hal yang cenderung dapat dinilai mengeksploitasi gajah.
Aktivitasnya diganti dengan paket wisata edukasi seperti : Memandikan gajah, jungle track di habitat gajah sejauh 2 kilometer, pengamatan burung, memberi makan gajah, berfoto dengan gajah.
![]() |
Mencintai tidak harus menaiki, memandikan juga bentuk kepedulian |
Tentu hal tersebut membuat daya tariknya menurun drastis alih-alih ingin meningkatkan minat kunjungan. Jika satu keluarga ingin melihat gajah, mereka berwisata membawa anaknya, dalam pikirannya pasti ingin menunggangi gajah seperti di kebun binatang, taman safari, atau lokasi wisata hewan lainnya bukan ?
Inilah dilema. Pada satu sisi pemerintah dan pengelola PLG Way Kambas sadar betul akan potensi wisata yang ada namun harus tetap menjaga dan memberikan yang terbaik untuk para gajah agar tidak terkesan "dipekerjakan". Namun pemerintah sudah berani mengambil langkah terbaik dengan kebijakan ini berpihak pada para gajah, bukan pada ego manusia.
Kembali pada pola pikir kita. Gajah adalah hewan luar biasa ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Sepatutnya kita mencintai sesama makhluk ciptaan-Nya.
![]() |
Mana ada tunggang gajah di Afrika ? Melihat gajah beraktivitas di habitatnya saja sudah keren |
Bagi saya pribadi, wisata PLG yang sesungguhnya justru versi sekarang. Bisa melihat gajah-gajah bermain bebas di habitatnya, mencari makan, mandi, dan berktivitas normal ini adalah hal yang sangat bagus. Saya seperti ada di Serengeti Afrika. Disana mana ada aktivitas naik gajah?
Bagi saya pribadi, justru aktivitas menunggangi gajah adalah hal yang harus dihentikan. Jika sebagian masyarakat kecewa dengan tidak bisanya menunggangi gajah, itu adalah sebuah kekeliruan dan sepertinya mereka bukan pecinta hewan. Meski demikian, menurut penuturan salah seorang pawang masih banyak masyarakat yang memaksa meminta naik gajah tapi tetap tidak diberikan. "Ya, itu kan nanti saya menyalahi aturan mas.." ucapnya.
Bagi saya pribadi, PLG Way Kambas sudah mengambil jalan yang benar, hanya perlu sosialisasi lebih gencar lagi dan banyak travel vlogger atau influencer yang kesana dan membantu menyebarkan informasinya. Selain itu perlu peremajaan dari berbagai sisi seperti fasilitas dan aktivitas. Sebagai contoh adanya event-event daerah yang diadakan disana atau sekedar perkemahan anak sekolah.
![]() |
Jungle Track di PLG Way Kambas, aktivitas baru yang mengasyikkan dan tidak menyakiti gajah |
Bangunan-bangunan bergaya arsitektur 90-an yang juga sudah banyak yang rusak, perlu disentuh kembali dengan tema lebih kekinian, estetik dan instagramable untuk lebih menarik masyarakat. Para petugas lebih diperhatikan mulai dari seragam, keahlian sebagai guide, penguasaan materi, hingga public speaking dan tidak lupa kemampuan mengoperasikan perangkat smartphone hingga membuat video konten sederhana.
Memperbanyak event daerah di area PLG Way Kambas adalah salah satu cara untuk mempromosikan. Banyak orang akan membuat konten story, WA, IG, Tiktok disana. Sehingga akan semakin masif dan dikenal luas. Setidaknya, rakyat Indonesia harus tahu dulu bahwa ada tempat sebagus PLG Way Kambas.
Pengelolaan taman nasional dengan daerah penyangga harus lebih dipertajam. Mempersiapkan fasilitas, souvenir kaos, gantungan kunci dll, intinya semua elemen harus turun bergerak dan diamanatkan oleh pemda setempat.
Saya senang bisa datang ke PLG Way Kambas, suatu saat nanti saya akan datang kembali.
Comments
Post a Comment